Oleh : Dr. H. Rachmat Maulana S.Sos, M.Si
Istilah
developmentaslisme berakar kata dari bahasa Inggris development,
tambahan kata “isme” di belakang kata ini menunjukkan kuatnya ideologi yang
dijalani. developmentaslisme secara sederhana diartikan sebagai paham
pembangunan yang bermula dari ideologi kapitalisme. developmentaslisme
digunakan secara acak dengan kata pembangunan dalam makna yang sama, yakni
model yang dicirikan sebagai produk kapitalisme pasca Perang Dunia II.
Dalam makna lain, pembangunan
di samping sebagai pembangunan ekonomi an sich, ia juga bergerak menjadi
ideologi negara Dunia Ketiga. Dengan demikian
developmentaslisme atau juga pembangunanisme secara harfiah diartikan
sebagai usaha sadar yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas hidup
manusia (Siagian, 1998:13).
Dawam raharjo (2009)
menyatakan bahwa Developmentalisme adalah kemistri ideologis antara kepentingan
negara industri maju dan kepentingan elite politik negara dunia ketiga. Istilah
ini tepat untuk menggambarkan realitas obyektif haluan ekonomi negara dunia
ketiga ketimbang neoliberalisme, yang lebih kompleks pengertiannya.
Neoliberalisme juga mencerminkan kepentingan sepihak negara industri maju,
khususnya Amerika Serikat, dalam mempertahankan hegemoni ekonominya.
Mula-mula developmentalisme
adalah salah satu teori pembangunan, yang berkembang menjadi ideologi. Demikian
tinjauan ulang Tony Smith, pada 1985, setelah teori pembangunan internasional
diketahui keberhasilan dan kegagalannya. Ideologi ini timbul dan berkembang
menurut versi negara industri maju dan negara dunia ketiga. Developmentalisme
merupakan kelanjutan program pemulihan ekonomi dunia ketiga. Motif utamanya
adalah membendung pengaruh komunisme di negara dunia ketiga yang cenderung
memilih bentuk lain sosialisme. Asumsinya, sumber penyebaran komunisme adalah
kemiskinan. Karena itu, penangkal penyebaran komunisme adalah pembangunan
ekonomi yang mampu menghapus kemiskinan. Sedangkan di dunia ketiga lahir
nasionalisme ekonomi sebagai kelanjutan nasionalisme politik sesudah merdeka
dari penjajahan.
Di Indonesia,
developmentalisme masih tetap bertahan. Ini tampak dalam klaim-klaim
keberhasilan pembangunan oleh partai-partai politik yang berkuasa, Klaim
keberhasilan itu di antaranya pengendalian inflasi dan penjagaan stabilitas
moneter, tercapainya swasembada beras, peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui bantuan langsung tunai kepada penduduk miskin, peningkatan anggaran
pendidikan dan pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan angka ekspor, serta
pertumbuhan ekonomi di tengah krisis keuangan global. Padahal keberhasilan di
bidang politik sebenarnya tak kalah penting, terutama dalam menjaga negara
kesatuan, mereformasi organisasi militer tanpa menimbulkan masalah, serta
menyelesaikan masalah konflik kedaerahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar