oleh : Dr. H. Rachmat Maulana S.Sos, M.Si
Berawal dari firman Allah dalam Alquran (surat al Ra’d
13:11) yang artinya bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada
pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka
sendiri. DarI Firman Allah Ta’ala tersebut meyakinkan bagi kita umat manusia
untuk selalu melakukan usaha perubahan agar kehidupan kita menjadi lebih baik. Bagi
manusia tidak mungkin menghindari dari proses perubahan itu sendiri. Mulai dari
lahirnya manusia sampai dengan ajal menjemputnya maka proses perubahan itu
terjadi. Dengan demikian kejadian demi kejadian tidak ada yang terlewatkan bagi
manusia untuk menjadikan perubahan sebagai bagian dari proses kehidupan itu
sendiri. Persoalannya yang muncul kemudian pada saat tertentu manusia nampaknya
enggan mengalami perubahan bahkan menghindari perubahan itu sendiri dikarenkan
kondisi manusia sudah lupa atau terlupakan dengan kenikmatan hidup yang membuat
manusia terbuai seolah – olah mereka akan hidup selama-lamanya.
Bagi manusia yang beriman dan berakal wajib meyakini
bahwa fase perubahan dengan bentuk apapun pasti akan terjadi dengan pola atau
bentuk yang mungkin kita sudah ketahui atau bahwakan kita tidak ketahui karena
hak Allah ta’ala sebagai sang pencipta yang mewujudkan perubahan itu hadir
dalam diri kita dan bisa kira rasakan. Oleh karena itu dua hal yang manusia
harus lakukan dalam menyikapi perubahan yaitu pertama, bersyukur dalam
kenikmatan yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Bersyukur itu terbagi menjadi tiga
bagian, yang diantaranya bersyukur dengan lisan, maksudnya ialah mengakui
segala kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah SWT. dengan sikap merendahkan
diri. bersyukur dengan badan, yakni Bersikap selalu sepakat serta melayani
(mengabdi) kepada Allah SWT. bersyukur dengan hati, yaitu : Mengasingkan diri di
hadapan Allah SWT. dengan cara konsisten menjaga akan keagungan Allah SWT. Sesuai
dengan firman Allah “Mengapa Allah
akan menyiksamu. Jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Syukur
lagi Maha Mengetahui”. (Surat An-Nisa’;04:147). Secara gamblang ayat
tersebut menyatakan bahwa Allah tidak akan menyiksa hamba Nya yang bersyukur
dan beriman. Kemudian firman Allah Ta’ala menyatakan “Dan ingatlah juga tatkala Tuhan-mu
memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih”. (Ibrahim; 14 : 7). Dalam ayat diatas, Allah
menyatakan pasti akan menambah nikmat apabila hambaNya bersyukur. Janji
Allah tersebut diatas dikuatkan dengan kata kata ”pasti”, dan tidak ada
syarat apapun setelahnya. Artinya, secara absolut orang orang yang bersyukur
akan diberi oleh Allah tambahan nikmatnya. Pernyataan dalam ayat tersebut
diatas diperkuat lagi dengan ayat lain yang menyatakan bahwa syukur seorang
hamba itu adalah untuk dirinya sendiri, sedangkan Allah sama sekali tidak
memerlukan syukur itu: hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa bersyukur
(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan
barangsiapa tidak bersyukur, sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”
(Luqman; 31 : 12). alasan bagi hamba yang bersyukur itu
mutlak, tanpa batasan dan tanpa syarat. Hal ini dinyatakan oleh Allah
dalam akhir ayat 145 Surat Ali Imran: Dan Kami akan memberi balasan kepada orang orang yang bersyukur (Ali
Imran; 03 : 145).
Kemudian yang kedua yang harus dilakukan oleh manusia
dalam kaitannya dengan perubahan adalah sabar dalam segala ujian yang Allah Ta’ala
berikan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi “Tidak ada
suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At
Taghaabun [64]: 11). Dalam tafsir, Ibn Katsir menjelaskan bahwa siapa saja yang
ditimpa musibah kemudian dia menyadari bahwa hal itu terjadi atas qadha’ dan
takdir Allah, lalu dia bersabar dan mengharapkan balasan pahala atas
kesabarannya, serta menerima keputusan yang telah ditetapkan oleh Allah
terhadap dirinya, maka Allah akan memberikan petunjuk ke dalam hatinya dan akan
menggantikan apa yang telah hilang dari dirinya di dunia dengan petunjuk dan
keyakinan di dalam hatinya. Lanjut Ibn Katsir, kadangkala Allah akan mengganti
sesuatu yang diambil dari hamba-Nya dengan sesuatu yang sama nilainya.
Kadangkala Allah akan menggantinya dengan ganti yang lebih baik. Menurut Ali
bin Abi Thalhah, ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa Allah akan memberi
petunjuk di dalam hatinya untuk benar-benar yakin, sehingga dia mengetahui
bahwa apa yang menimpanya itu tidaklah untuk menyalahkannya.
Kedua hal diatas yaitu syukur dan sabar merupakan kata
kunci bagi setiap manusia dalam bersikap menghadapi dan merasakan hadirnya perubahan.
Jadi mari kita menerima perubahan dengan syukur dan sabar insya Allah ada
hikmah yang terkandung didalamnya.
Semoga bermanfaat Amin.